Resume artikel Pursuing circular economics through the integrated crop-livestock systems: An integrative review on practices, strategies and challenges post Green Revolution in Indonesia
Revolusi Hijau periode transformasi pertanian yang ditandai dengan diperkenalkannya varietas tanaman berproduksi tinggi dan praktik pertanian modern, berdampak signifikan terhadap produksi pangan global pada akhir abad ke-20. Meskipun kisah suksesnya dalam meningkatkan hasil panen dan mengatasi kerawanan pangan di negara-negara berkembang telah terdokumentasi dengan baik, konsekuensi lingkungan jangka panjang dari Revolusi Hijau telah menjadi perhatian yang semakin meningkat. Meski juga Revolusi Hijau secara signifikan meningkatkan produktivitas pertanian, namun juga mengakibatkan degradasi lingkungan, yang paling terlihat jelas dalam degradasi kualitas air dan tanah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan telaah pustaka integratif untuk mengeksplorasi peran ekonomi sirkular melalui penerapan ICLS dalam memajukan pembangunan pertanian pasca Revolusi Hijau dalam konteks Indonesia. Strategi pencarian daring kami menggabungkan kata kunci seperti “ekonomi sirkular,” “ICLS,” “Revolusi Hijau,” dan “Indonesia” untuk mengidentifikasi studi terkait, yang selanjutnya dilengkapi dengan rantai referensi. Untuk memastikan literatur yang dipilih secara langsung membahas ICLS di Indonesia dan hubungannya dengan ekonomi sirkular dan Revolusi Hijau, kami menetapkan kriteria inklusi yang jelas.
Penerapan teknologi Revolusi Hijau, meskipun berhasil dalam meningkatkan produksi pangan di negara-negara berkembang, hal ini juga menimbulkan konsekuensi yang merugikan, terutama terkait degradasi kesuburan tanah, degradasi lingkungan, dan tantangan sosial. Banyak juga penelitian yang melaporkan bahwa penerapan teknologi Revolusi Hijau, terutama di Asia, telah meningkatkan produktivitas pangan dan pendapatan petani secara signifikan, sehingga mengangkat masyarakat di banyak negara keluar dari kemiskinan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari tahun 1960 hingga 2000, produktivitas tanaman pangan di negara-negara berkembang meningkat sebesar 208% untuk gandum, 109% untuk beras, 157% untuk jagung , 78% untuk kentang, dan 36% untuk singkong. Dengan peningkatan produksi sereal global sebesar 174% antara tahun 1950 dan 1990 sementara populasi global meningkat sebesar 110%, skenario Malthus yang diprediksi pada tahun 1960-an terbantahkan, dan sebagian besar negara berkembang mampu mengatasi defisit pangan melalui Revolusi Hijau.
Penerapan ICLS sebagai salah satu perwujudan konsep ekonomi sirkular sangat menarik dan dianggap sebagai model alokasi sumber daya yang efektif dan efisien di bidang pertanian, sehingga menghasilkan nilai tambah dalam sistem dan bermanfaat untuk :
(a) meningkatkan diversifikasi usaha melalui pemanfaatan pupuk kandang
(b) meningkatkan nilai tambah tanaman dan ternak
(c) berpotensi menjaga kesehatan dan fungsi ekosistem
(d) memiliki kemandirian usaha yang tinggi dalam pemanfaatan sumber daya, karena terjadi aliran unsur hara dan energi antara tanaman dan ternak.
Secara garis besar artikel ini membahas mengenai Revolusi Hijau, yang ditandai dengan kemajuan teknologi, telah mendorong Indonesia dari defisit pangan menjadi surplus, dan mencapai swasembada beras. Namun, keberhasilannya harus dibayar dengan harga yang mahal, yaitu penurunan kesuburan tanah dan dampak lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, kita bisa menggunakan sistem ICLS untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di era pasca Revolusi Hijau. Tetapi meski ICLS bermanfaat, penerapan ICLS di negara-negara seperti Indonesia menghadapi sejumlah tantangan, termasuk terbatasnya lahan penggembalaan, penurunan produksi dan pendapatan awal, kesenjangan pengetahuan, kekurangan tenaga kerja, keterbatasan pemasaran, infrastruktur, dan dukungan kebijakan. Nah yang bisa kita lakukan yaitu dengan memotivasi petani untuk menerapkan praktik-praktik yang berkelanjutan. Namun tanpa dukungan tersebut juga, visi pertanian berkelanjutan melalui ICLS mungkin akan sulit tercapai, sehingga menghambat potensi ekonomi sirkular di bidang pertanian.(oleh : REGINA ZAHWA AZIZA)
Nama : Regina Zahwa Aziza
NIM : 24041184095
Prodi : S1 Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Komentar
Posting Komentar